Special Edition...Just For My Mom...
Hari ini, Tepat di tanggal 23 Juli, saya ingin mempersembahkan sesuatu untuk mama yang sedang merayakan hari lahirnya. Saya tak pandai menulis puisi atau merangkai kata-kata bak mutiara, maka saya mengungkapkannya lewat tulisan biasa, ditambah puisi dan lirik lagu yang ditulis orang lain. Semoga tidak mengurangi cinta yang saya curahkan untuk mama...
(kartu ucapan yang saya buat untuk mama)
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Suatu hari saya pernah bertanya pada mama, “Kenapa mama ngga kerja di luar, padahal mama kan udah sekolah tinggi-tinggi (kuliah)?”, tanyaku suatu hari. Dengan bijak mama menawab “kalo mama kerja di luar, nanti yang ngurusin anak-anak mama siapa?Lagian mama sekolah kan ilmunya buat anak-anak mama juga”. Sungguh rasa bangga saya terhadap mama tak terlukiskan, disaat orang lain sekolah setinggi-tingginya untuk mengejar karir, mama justru sekolah untuk keluarga dan anak-anaknya.
Mama, adalah guru kami (anak-anaknya) yang pertama dan utama. Mengajari mambaca dan menulis, mengajari mengaji, mengajari ilmu tentang keikhlasan, perjuangan, pengorbanan dan harapan, mengajari tentang kehidupan.
Di waktu kecil hidupku
Amatlah senang
Senang ku dipangku-dipangku dipeluknya
Serta dicium-dicium dimanjanya
(Mama dan keempat anaknya waktu rumah di Bekasi)
Di masa kanak-kanak, bahkan hingga kini, mama adalah tempat saya bernaung. Tempat mengadu. Tempat meminta ketentraman. Tempat menumpahkan segala rasa yang ada di jiwa. Mama begitu menyayangi kami, sepanjang masa, dengan segenap jiwa, raga, nyawa, tetesan keringat, darah dan airmatanya
Kasih ibu kepada beta
Tak terhingga sepanjang masa
Hanya memberi tak harap kembali
Bagai sang surya menyinari dunia
Pernah suatu saat saya dihadapkan pada situasi yang membuat saya sangat down. Saat itu hidup saya serasa berhenti berputar, saya berputus asa dan terpuruk dalam lubang yang seolah saya tak bisa lagi kembali ke permukaan, berhari-hari saya menangis dan mengurung diri di kamar. Mama datang, bukan untuk memberi nasihat. Tapi mama datang untuk menemani dan menangis bersama saya di kamar. Mama bercerita sambil menangis, bahwa beliau sungguh menyesal tidak bisa sepenuhnya membuat saya bahagia, tidak bisa membantuku untuk meaih apa yang saya inginkan. Seolah mama yang bersalah atas kondisi yang menimpa saya. Tidak..tidak..ujar saya, ini bukan salah mama, kenapa mama harus menangis bersama saya. Karena mama merasakan aa yang kamu rasakan, kata mama dengan bijak. Dan kami pun menangis bersama, hingga lelah...
Ibu,
Engkaulah embun penyejuk jiwa
Engkaulah cahaya
Bagi gelapnya jiwa
Engkaulah guru besar
Tanpa titel sarjana dan gelar
Dalam waktu yang lain, perpisahan sekolah saat saya kelas 3 SMP. Saya datang bersama mama, dan kami benar-benar menyangka mama akan dipanggil naik ke atas panggung untuk memberikan sambutan orang tua siswa yang meraih NEM tertinggi. Dengan nada marah, mama berkata “kenapa ngga bilang-bilang kalo mama disuruh kasih sambutan?”. Saya hanya tersenyum, karena saya memang benar-benar tidak tahu hal itu akan terjadi. Di atas panggung suara mama bergetar, saya tahu air matanya harunya tak tertahankan lagi. Saya ingin menbuat mama bangga, tidak hanya saat itu, tapi sepanjang hidup mama...
Selalu saja ku rindu
Abad-abad terus berlalu
Berjuta kali berganti baju
Nun jauh di sana mata bening menatapku haru
penuh rindu
mata bundaku yang selalu ku rindu
Dalam sujud kumenangis kepada Tuhan, memohonkan kesejahteraan tiada berpenghabisan untuk bunda, bunda, bunda dan ayahanda tercinta.
Ia adalah sebuah anugerah terindah yang dimiliki setiap manusia. Sejak dalam rahim, betapa cinta itu tak putus-putusnya mengalirkan kasih yang tak bertepi. Hingga kerelaan, keikhlasan dan kesabaran selama 9 bulan pun bagai menuai pahala seorang prajurit yang sedang berpuasa, namun tetap berperang di jalan Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Ribuan kilo jalan yang kau tempuh
Lewati rintang untuk aku anakmu
Ibuku sayang masih terus berjalan
Walau tapak kaki penuh darah penuh nanah
Seperti udara, kasih yang engkau berikan
Tak mampu ku membalas, ibu....
Ingin ku dekap dan menangis di pangkuanmu
Sampai aku tertidur bagai masa kecil dulu
Namun doa-doa mengalir di sekujur tubuhku
Dengan apaku membalas, ibu...
(Ibu-Iwan Fals)
Sungguh, jiwa dan jasad ini ingin terbang ke angkasa lalu luruh di pangkuan, mendekap tubuh sepuh, serta menangis di pangkuanmu. Hingga terhapuskan kerinduan dalam riak anak-anak sungai di ujung mata. Rengkuhlah ananda dengan belai kasih sayangmu bagai masa kecil dulu. Mengenangkan indahnya setiap detik dalam rahimmu dan hangatnya dekapanmu. Buailah dengan do'a-do'a hingga ananda pun lelap tertidur di sampingmu.
Keindahan dunia tak akan tergantikan dengan keindahan dirimu. Sorak-sorai pesona dunia pun tak dapat menggantikan gemuruh haru detak jantung saat engkau memelukku.Indah... semua begitu indah dalam alunan cintamu, menelisik lembut, membasahi lorong hati dan jiwa yang rindu kasih sayangmu.
Betapa ikhlas kau menyayangiku
Jiwaku tulus memeliharaku
Tiada mengharap balasanku
Ya Allah Tuhanku
Bukakanlah pintu ampunanMu
Curahilah ia dengan rahmatMu
Dia merawatku sejak kecilku
Oh ibu, kini aku jauh darimu
Ingin ku luruh di pangkuanmu
Rengkuhlah aku dengan doa malamMu
Semoga Dia membimbing langkahku
Oh ibu kini air mataku berderai
Rindu belai kasih sayangmu
Dengan ketulusan hati yang dalam
Maafkanlah anakmu ini..
(Ibuku - Bijak)
Selamat Ulang Tahun Mama Tersayang...
Sungguh cintamu pada ananda takkan pernah terbalas
Tapi izinkanlah ananda terus berdoa untukmu
Allohummaghfirlii waliwalidayya warhamhumaa kamaa robbayaani shoghiro
Ya Allah berikan kedua orangtuaku syafaat-Mu.
Hilangkan kesusahan apapun yang mereka derita karena kami anak-anaknya
Limpahkanlah karunia dan kasih sayangMu pada keduanya
0 yang kasih komentar:
Posting Komentar
<< Home