GorEsAn WaRnA - WarNI

Warna-warni itu punya berjuta hikmah dan makna

Jumat, Juni 01, 2007

Bahasa Daerah

Ada suatu hal yang menarik saat saya membaca sebuah artikel di Republika, 24 Mei 2007 yang berjudul “Meratapi Kepunahan Bahasa Daerah”. Ini adalah beberapa fakta yang ada : Kalimantan, dari 50 bahasa daerah yang dimiliki satu bahasa dinyatakan terancan\m punah. Sumatera, ada 13 bahasa daerah, 2 terancam punah dan satu bahasa sudah punah. Sulawesi, dari 110 bahasa yang ada, 39 terancam punah dan satu sudah punah. Papua, dari 271 bahasa, 59 terancam punah.

Hati kecil saya jujur mengakui, saya adalah salah satu orang yang berpartisipasi dalam kepunahan bahasa daerah. Saya memang tidak pernah menguasai satu pun bahasa daerah. Meski berstatus suku Sunda dan tinggal di Sukabumi, Jawa Barat selama 10 tahun, saya tak pernah benar-benar menguasai bahasa sunda, paling-paling saya hanya mengerti bahasa sunda sehari-hari yang sering di pakai, itu pun pasif (bisa mengerti tapi tak bisa menimpali). Begitu pun saat saya pindah ke kota bernama semarang untuk kuliah, dan sudah hampir 4 tahun, saya juga tak pernah benar-benar bisa bahasa Jawa.

Walau banyak temen yang mengkritik bahwa seharusnya saya menguasai bahasa ibu di tempat saya berdomisili, namun saya tetap bertahan “Is it important?Apa untungnya buat saya”. Jujur saya tidak menyukai bahasa daerah, kalau pun saat saya berbicara, logat saya mengikuti logat bahasa tertentu, itu hanya karena saya terpengaruh dengan lingkungan tempat saya tinggal, saya tak pernah benar-benar ingin menguasai bahasa daerah tertentu. Saya lahir di Bekasi, yang walaupun masuk wilayah Jawa Barat, tapi bahasa yang digunakan di sana adalah bahasa Indonesia dengan logat Betawi, dan itu cukup bagi saya untuk mempertahankan bahasa daerah tempat saya dilahirkan.

Bukankah bahasa daerah adalah kekayaan budaya yang harus dilestarikan, lalu apa bedanya jika saya mempertahankan bahasa ibu tempat saya dilahirkan, apa hanya karena bahasa betawi serupa dengan bahasa Indonesia, sehingga tidak bisa dikatakan bahasa daerah? Itu jelas tidak adil... Apa karena saya tinggal bertahun-tahun di daerah tertentu maka saya harus menguasai bahasa dareah tersebut?Jika saya masih bisa berkomunikasi dengan bahasa Indonesia mengapa tidak? Justru seharusnya orang daerah menghargai pendatang yang tidak bisa bahasa daerah.
Saya dikritik banyak orang karena pendapat ini.  Entahlah, saya belum berubah pemikiran sampai sekarang.

Label:

0 yang kasih komentar:

Posting Komentar

<< Home

 
body