GorEsAn WaRnA - WarNI

Warna-warni itu punya berjuta hikmah dan makna

Selasa, April 03, 2007

Sampah

Sampah...??

Rata-rata timbulan sampah adalah 2,5 liter/orang/hari atau 900 liter/tahun. Bila penduduk kota adalah 100.000 orang, maka timbulan sampah setahun bisa mencapai 900.000 m3. Hal ini bila ditumpuk di lahan seluas gedung 5000 m2, akan mencapai ketinggian 450 meter atau gedung 450 tingkat

So what gitu..?? Salah besar kalo sampe sekarang kamu ga peduli dan ga pernah mau peduli sama sampah. Karena jelas-jelas penghasil sampah terbesar adalah kita, ya kaum manusia. Jadi jangan salahkan pemerintah kalo pemerintah ga becus ngurusin sampah (walaupun emang ada benarnya sih), tapi ga 100 % ketidakberesan penanganan sampah di negeri kita ini kesalahan pemerintah, karena yang menghasilkan sampah adalah kita sendiri. Yang jelas...perilaku dan cara pandang orang terhadap sampah merupakan akar masalah mengapa pengelolaan sampah dikota-kota besar di Indonesia begitu amburadul. Juga merupakan penanda niat dan komitmen Pemerintah yang rendah membangun sistem kelola sampah yang beradab. Jadi ga usah sok bergidik jijik melihat tumpukkan sampah di TPS yang ada di pinggiran jalan, kotor, jorok dan bau....sekali lagi....itu adalah cerminan masyarakat kita!!

What can we do??

Hal pertama yang harus dibongkar ialah cara pandang kita terhadap sampah : dari semula "sampah adalah sampah" menjadi "sampah adalah sumber daya". Kalau cara pandang ini telah terpatri di kepala setiap anak manusia di Indonesia, perilaku yang positif terhadap sampah akan terbentuk. Soalnya, ketika sesuatu sudah diposisikan sebagai sumber daya, orang akan berpikir untuk memanfaatkannya. Pemanfaatan sampah oleh pemulung adalah salah satu contoh, dimana sampah anorganik yang dikumpulkan dijual ke pabrik-pabrik pendaur ulang, sampah organik yang dapat diubah menjadi pupuk ataub sumber daya bagi pembangkit listrik tenaga uap belum terkelola dengan baik.
Sampah perlu dikelola melalui kebijakan publik. Untuk memastikan kebijakan publik ini berjalan efisien, partisipasi masyarakat tentu merupakan syarat mutlak, namun pada kenyataannya hingga saat ini partisipasi masyarakat belum pernah dianggap penting. Masyarakat seharusnya dilibatkan dalam perencanaan pemerintah untuk mengelola sampah.


Hal itu dapat ditumbuhkan melalui forum-forum diskusi sebagai sarana penyerapan aspirasi dan sosialisasi. Pengalaman dan kemampuan mengolah sampah sebenarnya telah dilakukan oleh sebagian kelompok masyarakat, misalnya Pembuatan kompos dari sampah rumah tangga, pemilahan sampah pasar yang disalurkan untuk pakan ternak dll. Banyak potensi masyarakat yang dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan pengelolaan sampah berskala kecil.


Pengelolaan sampah berskala kecil ini terkait dengan kategori sampah yang berbeda pada setiap lokasi. Sampah di pertokoan elektronik, misalnya tentu didominasi oleh kardus dan kertas. Sebaliknya, sampah pasar didominasi bahan organik. Dorongan untuk memilah sampah dari sumbernya tentu akan meningkatkan efisiensi pengelolaan sampah. Untuk itu diperlukan stimulan untuk dan sarana untuk mendorong kepedulian warga mengelola sampah, sebagai contoh dibentuknya Community Organizer (CO) pada tingkat RW yang bertugas menggerakkan warga mengelola sampah dengan binaan Pemerintah Kota.


Keberadaan CO yang berperan sebagai fasilitator di tingkat RW diharapkan dapat menggerakkan warga untuk membersihkan lingkungan rumah dan membuang sampah pada tempat yang seharusnya. Pada tingkat lebih lanjut, pemilahan sampah dari sumber juga lebih mudah dilakukan jika kesadaran akan pentingnya pengelolaan sampah telah terbentuk. Pengelolaan sampah di lingkungan kecil juga perlu didukung oleh sarana dan perlengkapan pengangkutan sampah yang memadai. Gerobak serta kesejahteraan petugas angkut yang biasanya dibayar dengan iuran RW juga perlu ditingkatkan. Peningkatan ini dapat diupayakan melalui berbagai bentuk kerjasama dengan pihak ketiga.


Kesadaran warga untuk mau memilah sampah organik dan anorganik sebetulnya dapat dipicu dengan memberikan insentif berupa misalnya, pengurangan pajak bagi restoran, kantor, dan pusat bisnis yang kooperatif dalam pemilahan sampah ini. Kebijakan ini juga bisa diterapkan kepada para produsen barang-barang konsumsi, jika produknya ramah lingkungan, diberi pengurangan pajak. Produksi sampah dengan sendirinya dapat ditekan, dengan demikian cost yang harus dikeluarkan Pemerintah untuk memperbaiki lingkungan yang rusak akan berkurang.


Saat ini, sebenarnya ada hal yang lebih sederhana dan simpel bagi individu untuk berperan mengelola sampah, terutama untuk mengurangi volume timbulan sampah yang semakin hari semakin banyak. Yang bisa kita lakukan sekarang :
· Sampah organik dari kebun dan potongan sayur dikumpulkan untuk dikomposkan
· Sampah organik sisa makanan diberikan pada hewan periharaan, contohnya ; ayam, bebek, atau lele
· Sampah kertas dikliping artikelnya yang menarik dan sisanya dikumpulkan untuk dijual atau dikumpul untuk didaur ulang
· Berikan/jual perangkat logam yang rusak dan bram dari permesinan (besi, aluminium, kuningan, tembaga, brons, tima hitam) kepada pemulung
· Kemas dengan baik sampah berbahaya, dan salurkan kepada penerima sampah jenis khusus ini
· Sampah tersisa lainnya buang dengan baik ketempat pembuangan sampah sementara
So…you can contribute now…Mulai dari diri sendiri, mulai dari hal yang kecil, mulai dari sekarang…


“Syukurilah ni’mat Allah dengan memelihara bumi kita”

Label:

0 yang kasih komentar:

Posting Komentar

<< Home

 
body